Lentera

“Kalau ruku’ pastikan kaki tegak, punggung lurus ke depan, tidak miring dan tidak bungkuk. Kepala lurus punggung, tidak mendongak dan tidak terlalu menunduk. Tangan tempel di lutut. Mata fokus melihat ke tempat sujud.” Demikian secara detail beliau memperlihatkan kepada kami bagaimana seharusnya ruku’.

Beliau ustadz kami, namanya Ustadz Mughni –Rahimahullah Rahmatan wasi’ah- Beliau mengajari kami Fiqih, saat kami duduk di bangku MTsA dan MA.

“Ustadz Mughni tabrakan di Prenduan.” Siang itu kami menerima kabar kepergian beliau. Pagi harinya kami masih berpapasan, walau tidak saling sapa. Karena kami dengan sepeda mini, beliau dengan sepeda motornya.

Menjadi guru adalah lentera yang tidak akan pernah padam. Baik bagi kehidupan dirinya, pun juga bagi kehidupan anak didiknya. Beliau sudah di alam kubur, namun ilmu yang diamalkan oleh muridnya dalam ketaatan kepada Allah, akan mengalirkan pahala, menemani kesendiriannya. Serta menjadi bekal berharga bagi muridnya, sebagai upaya mempersembahkan sebaik-sebaik ibadah, kepada Tuhannya.

Tentang TaQ

Hanya manusia biasa yang ingin terbiasa menjadi hamba Allah. Ingin terbiasa di jalan menuju RidhoNya dan berhasil mendapat jatah sebagai penghuni surgaNya.
Pos ini dipublikasikan di Dunia Eja, Uncategorized. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar